Farid M Husain, Dirjen Bina Pelayanan Medik DepKes, menyatakan bahwa jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia meningkat pesat, mencapai delapan hingga 10 persen dari total penduduk Indonesia pada tahun 2007. Walaupun stres adalah sesuatu yang mengerikan, jangan kuatir karena ada solusi untuk mencegah stres yaitu dengan makan bersama. Tak percayakah anda?
Menurut buku pedoman Kesehatan Jiwa dari Direktorat Jenderal (Dirjen) Bina Kesehatan Masyarakat Depkes, stres diartikan sebagai reaksi seseorang, baik secara jasmani maupun kejiwaan apabila ada tuntutan terhadap dirinya. Bahkan pada tahap yang lebih berat dan berlangsung lama atau tuntutan tersebut tidak dapat terpenuhi, stres dapat menyebabkan seseorang akan mengalami tekanan darah tinggi, asma, serangan jantung, stroke, dan gangguan jiwa.
Seseorang dapat dikatakan stres bila mengalami gejala-gejala seperti rasa tidak enak pada perut, diare, kembung atau sulit buang air besar, sakit kepala, sakit punggung, insomia (tidak bisa tidur), tidak ada nafsu makan atau sebaliknya nafsu makan berlebihan, mudah marah dan tersinggung, cemas, ingin menyendiri, menangis, atau merasa frustrasi dengan hal-hal sederhana yang biasanya tidak kita hiraukan.
Lepas dari pengaruh di atas, manusia sebenarnya membutuhkan stres untuk bisa berfungsi normal. Anggaplah stres sebagai suatu tantangan karena tanpa itu manusia tidak akan tergerak untuk melakukan sesuatu karena tidak ada yang memotivasi dirinya. Karena bila kita harus terus-menerus melakukan kegiatan yang kurang menantang atau tidak membuat kita harus berpikir, kita akan mudah bosan. Misalnya saja pada akhir masa liburan, seringkali kita merasa bosan dan malah ingin kembali beraktivitas. Hal ini disebabkan tidak ada rangsangan mental yang cukup, yang memaksa kita berpikir atau bertindak. Jadi manusia yang tidak pernah mengalami stres mempunyai risiko depresi, sama dengan orang yang terlalu banyak mengalami stres.
Meskipun diperlukan, namun ketika stres tersebut melewati satu titik yang disebut “daerah nyaman” yaitu perasaan bergairah menghadapi tantangan, timbul rasa lelah yang merupakan tanda untuk mengurangi tingkat stres kita. Bila orang tersebut tidak dapat mengatasinya maka ia akan merasa lelah, kehabisan tenaga, sakit dan ambruk (breakdown). Di fase inilah seseorang akan mulai mengalami berbagai penyakit seperti yang disebutkan di atas.
Semua orang bisa mengalami stres namun reaksi yang ditimbulkan tiap orang berbeda. Bila seseorang dapat mengatasi stres tersebut maka ia tidak akan ke tahap yang lebih parah. Dalam psikologi dikenal istilah coping yakni cara penanggulangan stres yang dilakukan oleh seseorang.
Penelitian dari Spanyol menemukan satu cara yang dapat mengatasi stres yaitu dengan makan bersama keluarga. Penelitian yang diterbitkan di Journal of Epidemiology and Community Health mengamati 259 anak muda yang tinggal dengan orang tua mereka. Sebanyak 82 orang mendapat perawatan mental. Berdasarkan penelitian tersebut, seseorang yang mendapat perawatan mental ternyata jarang makan bersama dengan keluarga. Kebanyakan dari mereka hanya makan bersama keluarga kurang dari lima kali seminggu.
Seseorang yang sehat biasanya makan bersama keluarga sedikitnya enam kali seminggu. Mereka juga sering mengikuti acara keluarga, tamasya dan juga akitivitas lainnya. "Makan bersama keluarga sehari-hari bukan hanya mempersatukan keluarga, tetapi juga bisa meningkatkan kesehatan mental menjelang dewasa," kata penelitian itu.
Menurut Centre of Addiction and Substance Abuse (CASA), secara konsisten hasil riset telah menunjukkan bahwa semakin sering para remaja makan bersama keluarganya, maka akan semakin kecil kemungkinan mereka untuk merokok, minum minuman keras atau mengonsumsi obat-obatan terlarang. Studi ini juga menunjukkan bahwa para remaja sangat mendambakan memiliki lebih banyak waktu bersama keluarga dan seperempatnya sangat mendambakan dapat lebih sering makan bersama keluarga.
“Percakapan orang tua di meja makan dapat membantu anak-anak untuk memahami keluarga mereka, percakapan positif keluarga selama di meja makan juga dapat membangun rasa percaya diri serta menjalin hubungan positif antar anak dan orang tua sehingga saat topik yang keras muncul, mereka dapat melewatinya,” kata dr. Karen Cullen, ahli nutrisi di USDA/ARS Children's Nutrition Research Centre.
Dr Nalini Agung SpKJ menyakini hal tersebut. Nalini mengimbau agar masyarakat lebih peduli kepada lingkungan sekitarnya, memberi dukungan sosial terhadap teman atau orang-orang yang membutuhkan. Sering kali persepsi kesehatan menurut masyarakat hanyalah pada fisik semata. Padahal kesehatan mental juga perlu diperhatikan. Banyaknya pelaku yang bunuh diri akibat perasaan depresi, putus asa dan tidak berdaya. Karena itu dukungan dari orang lain adalah sesuatu yang penting.
Kita dapat memberi perhatian dan dukungan untuk orang lain dimulai dari orang terdekat kita yaitu keluarga. Menyediakan dan menjalankan waktu berkualitas bersama keluarga adalah sesuatu yang penting. Salah satunya adalah menyediakan waktu untuk makan bersama sebagai bentuk perhatian. Dukungan dan perhatian dari orang terdekat adalah salah satu cara paling manjur untuk mengatasi stres! V2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar